Sabtu, 03 Oktober 2020

PUISI PETANI

  PETANI

Oleh : Umi Harida

Petani……..

Tatkala sang surya mengintip di balik awan di ufuk timur

Engkau bangkit dari tidurmu yang lelap

Dengan topi bambu di kepala dan sebuah cangkul di pundak

Kau langkahkan kaki menuju sepetak tanah ujung desa

 

Petani……..

Terik matahari membakar kulit

Butiran peluh mengalir membanjiri tubuh

Tajamnya tanah kering menusuk kaki

Tak kan mampu patahkan semangatmu

 

Saat suara tawa putri kecilmu terngiang terbayang

Senyum menghias bibirmu yang mulai mengering

Mentari selalu setia terbit menyapa

Asamu pun tak kan pernah pupus sirna


CERITA FANTASI : PETUALANGAN JODI MELAWAN RAKSASA

 

Petualangan Jodi Melawan Raksasa

                Matahari siang itu terasa sangat terik sinarnya. Para murid di kelas Jodi belajar terlihat sudah kelelahan menerima pelajaran. Sering kali dia melihat jam dinding yang terpasang di dinding kelas. Jodi adalah salah satu siswa kelas enam. Dia termasuk anak yang rajin di kelasnya. Setiap hari dia harus berjalan kaki pulang pergi sekolah karena tidak memiliki sepeda.

Pelajaran yang diikuti Jodi di sekolah telah usai. Anak – anak berhamburan keluar kelas menuju tempat parkir sekolah, tempat mereka meletakkan sepeda. Ada juga beberapa yang langsung berjalan kaki keluar sekolah karena memang mereka tidak membawa sepeda, termasuk Jodi. Dia berjalan dengan santai di bawah langit yang terang dengan pancaran sinar matahari yang begitu panas. “ Hai, Jod. Aku duluan ya”, sapa temannya yang membawa sepeda. Jodi pun membalasnya dengan ramah.

Siang semakin panas. Rasa haus pun sangat dirasakan oleh Jodi. Dalam perjalanannya Jodi melihat sebuah pohon yang sangat besar dan rindang.

“Wah, rimbun sekali pohon itu. Mungkin enak berteduh di bawahnya”, pikir Jodi. Jodi melangkahkan kedua kakinya ke arah pohon itu. Sesampainya di sana dia segera duduk dan bersandar di bawahnya.

“Ah… enak sekali”, kata Jodi dalam hati sambil menghela nafas panjang. Tiba – tiba pohon itu membawanya terbang ke awan. Di awan Jodi berdiri di depan sebuah istana yang dijaga oleh banyak prajurit. Tiba – tiba ada sebuah suara yang membisikinya.

“Masuklah, Jodi. Selamatkan raja dan keluarganya dalam penjara istana yang ditawan oleh raksasa yang sangat kejam itu”, kata suara gaib itu.

“Tapi, kamu siapa. Lalu mana mungkin aku bisa masuk ke dalam. Banyak prajurit yang berjaga di sana”, kata Jodi.

“Kamu tidak perlu kuatir. Gunakan sebatang kayu yang ada di pohon itu untuk melawan mereka”, kata suara itu. Jodi mengarahkan pandangan ke arah pohon yang membawanya terbang itu. Memang benar ada sebuah kayu yang mengkilat di bawah pohon. Bersamaan dengan munculnya kayu mengkilat itu, suara gaib itu pun menghilang. Jodi segera mengambil kayu itu. Setelah memegang kayu itu keberanian Jodi tiba – tiba muncul. Kayu itu seolah – olah mengarahkannya menuju istana. Ketika prajurit penjaga menghadangnya, kayu yang dipegang Jodi mengeluarkan cahaya yang secara ajaib membuat prajurit – prajurit itu buta. Jodi tidak menyia – nyiakan kesempatan masuk ke dalam istana. Dia mengendap – endap mencari penjara tempat raja dan keluarganya ditahan. Anehnya setiap Jodi bertemu dengan prajurit yang menghadangnya, kayu itu selalu memancarkan cahaya yang membuat buta mata lawannya itu.

Jodi semakin percaya diri. Dia menelusuri setiap ruangan istana. Matanya tertuju pada sebuah lorong gelap. Dia melangkahkan kakinya ke sana. Ternyata itu adalah penjara istana. Jodi melihat sebuah keluarga yang memakai pakaian – pakaian yang diketahuinya sebagai pakaian bangsawan istana. “Mungkin itu keluarga istana yang ditawan”, kata Jodi dalam hati. Dia mulai mendekati penjara itu. Belum sampai di tempat yang dia tuju. Tiba – tiba suara menggelegar menghentikan langkahnya.

“Ha ha ha ha. Siapa kamu hai anak kecil? Berani – beraninya kamu masuk ke istana tanpa seizinku”, kata sosok besar di hadapan Jodi yang tidak lain adalah raksasa. Mata raksasa itu menatap tajam ke arah Jodi.

“Hai Raksasa, bebaskan raja dan keluarganya”, kata Jodi dengan lantang.

“Hm……. Coba saja kamu bebaskan kalau bisa. Kau hanya seorang anak kecil. Dengan seujung kukuku ini saja kau bisa kulenyapkan”,kata raksasa itu lagi.

“Jangan sombong kau wahai Raksasa”, teriak Jodi sambil mengangkat kayu yang dipegangnya ditujukan ke arah raksasa itu.

Raksasa itu semakin mendekat ke arah Jodi. Tangannya berusaha meraih tubuh Jodi. Dengan gesit Jodi menghindar. Dia melemparkan kayu yang dipegangnya ke arah kaki raksasa. “Brak!” Seketika itu tubuh raksasa itu ambruk. Raksasa terkapar tak berdaya. Tiba – tiba asap keluar dari tubuh raksasa itu dan raksasa itu pun lenyap bersamaan dengan lenyapnya asap. Kayu mengkilat yang dipegang Jodi pun turut lenyap.

Jodi segera membebaskan raja dan keluarganya.

“Terima kasih, Nak. Kau telah menyelamatkan kami dari raksasa yang kejam itu. Sebagai imbalannya terimalah batu – batu permata ini.” Kata raja kepada Jodi.

“Tidak, Paduka Raja tidak perlu berterima kasih. Saya menolong Paduka dengan ikhlas. Memang sudah seharusnya saya melawan kebenaran”,kata Jodi

“Kamu anak yang baik. Tinggallah kau di istanaku. Di sini kamu tidak akan kekurangan apa pun. Hidupmu akan terjamin”, lanjut raja membujuk Jodi.

Ucapan raja itu seolah-olah menyadarkan Jodi bahwa saat ini dia berada jauh dari rumahnya. Kemudian dia menolak tawaran raja dan segera berpamitan kepada raja untuk kembali ke rumahnya. Jodi keluar dari istana. Dia melihat pohon besar yang telah membawanya ke istana itu dan berdiri di bawahnya.

Jodi merasa dia telah kembali ke tempat asal ketika pulang sekolah. Dengan kejadian aneh yang dialaminya, dia segera bangkit dan pulang ke rumahnya.

 

PUISI PETANI

  PETANI Oleh : Umi Harida Petani…….. Tatkala sang surya mengintip di balik awan di ufuk timur Engkau bangkit dari tidurmu yang...