Senin, 25 Maret 2019

CERPEN : KADO SPESIAL BUAT RARA



KADO SPESIAL BUAT RARA 

Oleh : Umi Harida 

     Angin malam sepoi – sepoi berhembus menerpa gadis berwajah mungil, Rara nama panggilan manisnya. Jendela kamarnya dibiarkan terbuka, sehingga dia bisa merasakan hembusan angin malam ketika dia menatap langit yang penuh dengan bintang sedang menemani sang rembulan, seolah – olah sengaja menyambut Rara di malam spesialnya. 

     Wajah cantik Rara yang penuh senyum menggambarkan kebahagiaan. Malam itu dia tidak bisa tidur. Sering kali dia menengok ke arah jam dinding, seperti ada yang sedang dia tunggu. Terkadang Rara terlihat tersenyum sendiri sambil membolak – balikkan badan di atas tempat tidurnya, hingga begitu mengantuknya dia pun tertidur lelap. 

     “ Tok – tok – tok “ , suara ketukan pintu membubarkan mimpi indah Rara. “ Rara, bangun, Sayang ! “ suara lembut membangunkan Rara yang kemudian dijawabnya dengan gembira. Segera dia merapikan tempat tidurnya dan mandi lalu berganti seragam sekolah. Rara menuju ruang makan dan bergabung dengan ayah, ibu, dan kakaknya. “ Selamat pagi ! “ sapa Rara kepada mereka yang juga menyambutnya dengan hangat. “ Mengapa mereka terlihat biasa – biasa saja. Apakah mereka lupa hari spesialku ini ? “ pertanyaan – pertanyaan muncul dalam pikiran Rara. Hingga seluruh anggota keluarga Rara selesai sarapan, ternyata tidak seorang pun yang mengingat hari spesial Rara, yaitu hari ulang tahunnya. Dengan perasaan kecewa Rara berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk berangkat sekolah. 

     Dalam perjalanan ke sekolah tampak sekali wajah Rara yang lesu. Pohon – pohon di tepi jalan yang ia lalui seolah – olah menertawakannya dan berbisik, “ Kasihan sekali Kamu Rara, tidak seorang pun yang ingat dengan ulang tahunmu ! “. Rara menatap pohon – pohon itu sejenak dengan perasaan jengkel, kemudian mempercepat langkahnya hingga sampailah dia di sekolah. 

Ketika dia sudah sampai di depan depan pintu kelasnya, tiba – tiba “ Dor !!! “ sebuah balon berisi butiran kertas warna – warni sengaja diletuskan di depannya. “ Cie – cie yang lagi seneng, selamat ulang tahun ya, Rara ! “ ucap teman – teman sekelasnya hampir bersamaan. Rara menyambutnya dengan senyuman. “ Kok teman kita ini terlihat kurang bahagia. Ada apa Ra, ini kan hari ultahmu, seharusnya kamu senang dong ! “ kata salah seorang teman sekelas Rara. Rara hanya menjawabnya enteng saja tanpa memberi alasan sebenarnya. 

Waktu cepat berlalu. Bel sekolah sudah berbunyi menandakan pelajaran telah usai. “ Ayo, Dik, kita cepat pulang ! “ ajak seorang anak perempuan yang satu sekolah dengan Rara, tidak lain adalah kakaknya yang menghampirinya dari belakang. Rara hanya memandang kakaknya dan menjawabnya dengan anggukan kepala saja. Kakak Rara melihat reaksi wajah adiknya sambil tersenyum sendiri. 

     “ Taksi ! “ panggil Kak Rosi, kakak Rara memanggil taksi yang melintas di depan mereka. “ Aneh, mengapa Kak Rosi memanggil taksi ? Rumah kami kan dekat. Biasanya kan kami pulang dengan berjalan kaki . “ pikir Rara, tapi dia diam saja mengikuti kakaknya. Selama perjalanan Rara selalu terdiam tidak berkata – kata sedikitpun tidakseperti biasanya yang suka bercerita dan bercanda dengan kakaknya. Rara tidak menyadari kalau taksi yang mereka tumpangi tidak menuju kea rah rumah mereka. Ketika dia menatap ke luar jendela taksi, baru dia menyadari bahwa itu bukan jalan ke arah rumah mereka. Walaupun begitu Rara tidak menanyakan hal itu kepada kakaknya. Pikirannya hanya diliputi kesedihan dan kekecewaan terhadap orang tua dan kakaknya. 

     Taksi berhenti di sebuah tempat makan. Kak Rosi mengajak Rara turun dan segera memasuki tempat itu. Rara sempat kaget dan bertanya – tanya dalam hatinya untuk apa mereka ke situ, tapi Rara tidak mengacuhkan pertanyaan hatinya. Ketika Kak Rosi membuka pintu tempat makan itu, terlihat ruangan tempat makan tersebut gelap. Tiba – tiba , “ Selamat Ulang tahun !!! “ ucap semua orang di tempat itu bersamaan dengan nyala lampu yang terang. Dilihatnya ayah dan ibu sudah menunggu menyambutnya. Rara tertegun, kaget bercampur haru. Tak terasa air mata keluar membasahi pipinya. “ Ayah, Ibu, Kalian ternyata ingat ulang tahunku. Maafkan aku yang salah sangka pada kalian, “ ucap Rara kepada ayah dan ibunya sambil memeluk mereka yang disusul dengan Kak Rosi. 

     Rara dan keluarga beserta kerabat merayakan ulang tahun Rara dengan suka cita. Rara terlihat bahagia dengan peristiwa itu. Dia seolah – olah tidak percaya dengan semua itu. Banyak kado yang diterima Rara. Kado spesial buat Rara. 

     Peristiwa yang kita alami di waktu akan datang tidak bisa kita duga. Peristiwa yang akan terjadi belim tentu sama dengan seperti yang kita pikirkan. Oleh sebab itu sebaiknya kita tidak boleh berpsangka buruk terhadap apa pun yang diperbuat orang lain kepada kita karena bisa saja terjadi sebaliknya yang dapat membawa kebaikan pada diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI PETANI

  PETANI Oleh : Umi Harida Petani…….. Tatkala sang surya mengintip di balik awan di ufuk timur Engkau bangkit dari tidurmu yang...