Petualangan Jodi Melawan Raksasa
Oleh : Umi Harida
Matahari
siang itu terasa sangat terik sinarnya. Para murid di kelas Jodi belajar
terlihat sudah kelelahan menerima pelajaran. Sering kali dia melihat jam
dinding yang terpasang di dinding kelas. Jodi adalah salah satu siswa kelas
enam. Dia termasuk anak yang rajin di kelasnya. Setiap hari dia harus berjalan
kaki pulang pergi sekolah karena tidak memiliki sepeda.
Pelajaran yang
diikuti Jodi di sekolah telah usai. Anak – anak berhamburan keluar kelas menuju
tempat parkir sekolah, tempat mereka meletakkan sepeda. Ada juga beberapa yang
langsung berjalan kaki keluar sekolah karena memang mereka tidak membawa
sepeda, termasuk Jodi. Dia berjalan dengan santai di bawah langit yang terang
dengan pancaran sinar matahari yang begitu panas. “ Hai, Jod. Aku duluan ya”,
sapa temannya yang membawa sepeda. Jodi pun membalasnya dengan ramah.
Siang semakin
panas. Rasa haus pun sangat dirasakan oleh Jodi. Dalam perjalanannya Jodi
melihat sebuah pohon yang sangat besar dan rindang.
“Wah, rimbun
sekali pohon itu. Mungkin enak berteduh di bawahnya”, pikir Jodi. Jodi
melangkahkan kedua kakinya ke arah pohon itu. Sesampainya di sana dia segera
duduk dan bersandar di bawahnya.
“Ah… enak
sekali”, kata Jodi dalam hati sambil menghela nafas panjang. Tiba – tiba pohon
itu membawanya terbang ke awan. Di awan Jodi berdiri di depan sebuah istana
yang dijaga oleh banyak prajurit. Tiba – tiba ada sebuah suara yang
membisikinya.
“Masuklah, Jodi.
Selamatkan raja dan keluarganya dalam penjara istana yang ditawan oleh raksasa
yang sangat kejam itu”, kata suara gaib itu.
“Tapi, kamu
siapa. Lalu mana mungkin aku bisa masuk ke dalam. Banyak prajurit yang berjaga
di sana”, kata Jodi.
“Kamu tidak
perlu kuatir. Gunakan sebatang kayu yang ada di pohon itu untuk melawan
mereka”, kata suara itu. Jodi mengarahkan pandangan ke arah pohon yang
membawanya terbang itu. Memang benar ada sebuah kayu yang mengkilat di bawah
pohon. Bersamaan dengan munculnya kayu mengkilat itu, suara gaib itu pun
menghilang. Jodi segera mengambil kayu itu. Setelah memegang kayu itu
keberanian Jodi tiba – tiba muncul. Kayu itu seolah – olah mengarahkannya
menuju istana. Ketika prajurit penjaga menghadangnya, kayu yang dipegang Jodi
mengeluarkan cahaya yang secara ajaib membuat prajurit – prajurit itu buta.
Jodi tidak menyia – nyiakan kesempatan masuk ke dalam istana. Dia mengendap –
endap mencari penjara tempat raja dan keluarganya ditahan. Anehnya setiap Jodi
bertemu dengan prajurit yang menghadangnya, kayu itu selalu memancarkan cahaya
yang membuat buta mata lawannya itu.
Jodi semakin
percaya diri. Dia menelusuri setiap ruangan istana. Matanya tertuju pada sebuah
lorong gelap. Dia melangkahkan kakinya ke sana. Ternyata itu adalah penjara
istana. Jodi melihat sebuah keluarga yang memakai pakaian – pakaian yang
diketahuinya sebagai pakaian bangsawan istana. “Mungkin itu keluarga istana
yang ditawan”, kata Jodi dalam hati. Dia mulai mendekati penjara itu. Belum
sampai di tempat yang dia tuju. Tiba – tiba suara menggelegar menghentikan
langkahnya.
“Ha ha ha ha.
Siapa kamu hai anak kecil? Berani – beraninya kamu masuk ke istana tanpa
seizinku”, kata sosok besar di hadapan Jodi yang tidak lain adalah raksasa.
Mata raksasa itu menatap tajam ke arah Jodi.
“Hai Raksasa,
bebaskan raja dan keluarganya”, kata Jodi dengan lantang.
“Hm……. Coba saja
kamu bebaskan kalau bisa. Kau hanya seorang anak kecil. Dengan seujung kukuku
ini saja kau bisa kulenyapkan”,kata raksasa itu lagi.
“Jangan sombong
kau wahai Raksasa”, teriak Jodi sambil mengangkat kayu yang dipegangnya
ditujukan ke arah raksasa itu.
Raksasa itu
semakin mendekat ke arah Jodi. Tangannya berusaha meraih tubuh Jodi. Dengan
gesit Jodi menghindar. Dia melemparkan kayu yang dipegangnya ke arah kaki
raksasa. “Brak!” Seketika itu tubuh raksasa itu ambruk. Raksasa terkapar tak
berdaya. Tiba – tiba asap keluar dari tubuh raksasa itu dan raksasa itu pun
lenyap bersamaan dengan lenyapnya asap. Kayu mengkilat yang dipegang Jodi pun turut
lenyap.
Jodi segera
membebaskan raja dan keluarganya.
“Terima kasih,
Nak. Kau telah menyelamatkan kami dari raksasa yang kejam itu. Sebagai
imbalannya terimalah batu – batu permata ini.” Kata raja kepada Jodi.
“Tidak, Paduka
Raja tidak perlu berterima kasih. Saya menolong Paduka dengan ikhlas. Memang sudah seharusnya
saya melawan kebenaran”,kata Jodi
“Kamu anak yang
baik. Tinggallah kau di istanaku. Di sini kamu tidak akan kekurangan apa pun.
Hidupmu akan terjamin”, lanjut raja membujuk Jodi.
Ucapan raja itu
seolah-olah menyadarkan Jodi bahwa saat ini dia berada jauh dari rumahnya.
Kemudian dia menolak tawaran raja dan segera berpamitan kepada raja untuk
kembali ke rumahnya. Jodi keluar dari istana. Dia melihat pohon besar yang
telah membawanya ke istana itu dan berdiri di bawahnya.
Jodi merasa dia
telah kembali ke tempat asal ketika pulang sekolah. Dengan kejadian aneh yang
dialaminya, dia segera bangkit dan pulang ke rumahnya.