Minggu, 31 Maret 2019

CERPEN ANAK - ANAK: KASIH SAYANG IBU TIRI


KASIH SAYANG IBU TIRI
Oleh : Umi Harida

                “ Eh, Mil, Aku dengar ayahmu sudah menikah lagi ya. Berarti kamu punya ibu baru dong, ibu tiri.” Kata Tiara, teman sekelas Mila mempertegas ucapannya. “ Iya, benar. Memangnya kenapa kalau aku punya ibu baru ?” jawab Mila. “ Oh, nggak, nggak apa – apa kok. Aku hanya pingin bilang kalau ibu tiri itu biasanya jahat lo, nggak sayang pada kita. Hanya ingin menguasai harta ayah kita saja.” Lanjut Tiara. “ Ah, masak. Kayaknya orangnya baik deh. “ kata Mila membela ibu tirinya. “ Coba saja buktikan sendiri kalau tidak percaya,” lanjut Tiara meyakinkan Mila.

                Mila adalah gadis remaja yang tinggal berdua bersama ayahnya saja. Setahun yang lalu ibu kandungnya meninggal karena suatu penyakit. Mila sebenarnya anak yang baik.Tapi karena terkena pengaruh omongan dari teman – temannya, sikapnya menjadi berubah. Padahal ibu tirinya adalah orang yang baik. Penuh kasih sayang terhadap keluarga.

                “ Tante, apakah makan siangku sudah siap ?” Tanya Mila ketus kepada ibu tirinya setelah baru sampai rumah, pulang dari sekolah. “ Lho, kok panggil Tante sih, Sayang. Sudah, Ibu sudah siapkan makan siangmu. Kebetulan ibu masak masakan kesukaanmu, ayam goreng.” Kata ibunya penuh kelembutan. “ Jangan sok baik deh,” kata Mila sambil berlalu dari hadapan ibu tirinya menuju ruang makan. Sementara ibunya merasa aneh dengan perubahan sikap Mila yang tiba – tiba itu.

                Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Ayah Mila baru saja pulang dari kantor. “ Yah, hari ini sikap Mila berubah. Ada masalah apa ya dia di sekolah. Tadi pulang dari sekolah dia memanggilku dengan sebutan tante.” kata ibu Mila kepada suaminya yang tidak lain adalah ayah kandung Mila. “ Masa sih, Bu,” kata ayah Mila seperti tidak percaya dengan penjelasan istrinya. “ Benar, Yah. Malahan sikapnya kasar kepada Ibu. Coba Ayah tanya dia. Mungkin dia ada masalah dengan teman – temannya tapi tidak mau cerita kepada Ibu. Barangkali kalau kepada Ayah dia mau cerita masalah yang sebenarnya. “ pinta ibu.

                Setelah mandi dan berganti pakaian, ayah mendatangi kamar Mila dan menanyakan tentang perubahan sikap Mila seperti yang diceritakan oleh ibunya. Mila menceritakan semua yang dikatakan oleh teman – temannya di sekolah tentang ibu tiri kepada ayahnya. Ayah hanya tersenyum mendengar penjelasan anak satu – satunya itu. Kemudian dengan lembut ayah menjelaskan bahwa semua yang dikatakan teman – temannya tentang ibu tiri itu tidak benar. “ Mungkin teman – temanmu itu menyimpulkan dari buku cerita yang mereka baca. Pada kenyataannya banyak anak – anak yang memiliki ibu tiri hidup bahagia. Justru mereka senang karena memiliki ibu yang dapat memperhatikannya.” kata ayah menjelaskan. Mila hanya diam mendengarkan penjelasan ayahnya. Meskipun begitu Mila masih belum percaya sepenuhnya kepada penjelasan yang disampaikan ayahnya itu. Dia masih dalam pengaruh perkataan temannya.

                “ Tok – tok – tok, “ suara pintu kamar terdengar dari luar kamar Mila.” Bangun, Mila, sudah pagi. Sarapanmu sudah Ibu siapkan di meja. “ Aduuuh. Iya, iya, sebentar lagi aku ke ruang makan,” sahut Mila dari dalam kamar. Tidak lama kemudian setelah mandi dan berganti pakaian seragam, Mila pun menyusul ke ruang makan. Ibu mengambilkan piring untuk Mila. “ Seberapa nasimu Mila ?” tanya ibu sambil mengambilkan nasi untuk Mila. Mila mengambil piring dari tangan ibunya. “ Sini, biar aku ambil sendiri, “ kata Mila ketus. Tetapi, ibu tetap sabar menghadapi sikap Mila. “ Sayang, kamu tidak boleh bersikap seperti itu kepada Ibu. Itu tidak baik. Agama kan sudah mengajarkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan tidak boleh menyakiti hati mereka. Iya, kan. Ayah rasa kamu sudah mengerti itu. Di sekolah tentunya Bapak dan Ibu guru sering mengingatkan juga. Apa kamu masih belum mengerti penjelasan Ayah kemarin malam? “ kata ayah. Mila hanya terdiam sambil menikmati makanannya.

                Setelah sarapan, Mila berangkat sekolah bersamaan dengan ayahnya yang juga berangkat kerja. Sampai di sekolah dia langsung menuju kelasnya. “ Eh, Mil, bagaimana? Benar kan kataku. Ibu tiri itu jahat,” kata teman Mila dengan yakin. “ Kamu salah. Padahal aku sudah kasar padanya, tapi ibu tiriku tetap baik dan sayang padaku.” Jawab Mila. “ Aduuuh, itu hanya pura – pura saja untuk mencari perhatian kalian. Lihat aja lama – lama pasti ketahuan belangnya. “ kata Mila menambahkan. “ Apa, iya,” kata Mila masih tidak percaya. Pembicaraan mereka terhenti karena bel masuk berbunyi. Pulang sekolah Mila mengajak teman – teman untuk main ke rumahnya. Tentu saja minta izin dulu sama orang tua.

                “ Ting – tong – ting – tong,” bunyi bel rumah Mila. “  Tante, bukakan pintu dong !” suruh Mila kepada ibunya yang diikuti langkah kaki ibu membuka pintu. Ibu Mila menyambut teman – teman penuh ramah dan senyum. “ Selamat sore, tante,” sapa teman – teman Mila. “ Selamat sore anak – anak. Itu, Mila sudah nungguin,” sambut ibu. Teman – teman Mila memperhatikan ibu tirinya ketika beliau menghidangkan camilan di ruang tamu. Sedangkan ibu Mila juga merasa kalau dirinya sedang diperhatikan oleh mereka.

                Malam sudah larut. Ayah dan Mila sudah tidur. Ibu berjalan menuju kamar Mila. Dibukanya kamar itu pelan – pelan. Tampak Mila tertidur dengan pulas. Ibu masuk ke kamar untuk memnbenarkan selimut Mila. Dipandanginya anak perempuannya itu dengan tersenyum penuh keibuan. Kemudian ibu mengecup kening Mila. Ibu sempat kaget karena kening Mila terasa panas. Ibu membuka selimut Mila dan menyentuh leher dan tangan Mila yang terasa panas.

                Ibu segera kembali ke kamarnya sendiri dan membangunkan ayah. “ Yah, bangun, Yah, “ kata ibu membangunkan. “ Ada apa, Bu. Sudah malam kok belum tidur,” tanya ayah. Ibu menjelaskan tentang keadaan Mila kepada ayah. Mereka kemudian menuju kamar Mila bersama. Ayah menyentuh kening Mila, ternyata semua yang dikatakan ibu memang benar. “ Bangun, Mila. Sayang, ayo kita ke rumah sakit, “ kata ayah membangunkan Mila hingga terbangun. Mila terdiam dan terlihat lemas. Dia menuruti kata – kata ayahnya untuk pergi ke rumah sakit.

                Dokter memeriksa Mila dan memberinya resep obat. Sampai di rumah ibu Mila merawatnya dengan penuh kasih saying. Mulai dari menyuapi, member obat, dan juga mengkompres Mila. Setelah tiga hari panas badan Mila juga belum turun. Dia kembali dibawa ke rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, ternyata Mila terkena demam berdarah sehingga harus dirawat di rumah sakit. Setiap saat ibu selalu menunggu Mila dengan sabar.

“ Mengapa Tante baik padaku. Padahal aku sudah jahat sama Tante.” Kata mila lirih. “ Ibu sayang sekali pada Mila. Ibu tidak pernah membenci Mila, meskipun Mila bukan anak kandung Ibu, tetapi Mila seperti anak kandung sendiri, “ ucap ibu dengan lembut. Lima hari pun berlalu dengan cepat sehingga Mila pun sudah dinyatakan sembuh dan dapat diperbolehkan pulang.

Pulang dari rumah sakit Mila berpikir, mencoba untuk menerima ibu tirinya. “ Ibu, maafkan Mila karena sudah jahat sama ibu. Padahal Ibu sudah sangat baik padaku. Aku menyesal telah percaya kepada teman – teman.” Kata Mila meminta maaf dengan penuh penyesalan dan memanggil ibu tirinya dengan sebutan Ibu. “ Sudahlah, Sayang, tidak perlu diingat – ingat lagi. Kita buka lembaran baru ya.” Kata ibu. Mila mengangguk pelan sambil tersenyum. Sementara ayah melihat mereka dengan senang karena Mila sudah menyadari kesalahannya.

Semenjak mendapat perawatan dari ibunya selama sakit, Mila semakin merasakan kasih saying dari ibu tirinya. Ibu tiri yang dia miliki sebagai pengganti ibu kandungnya yang telah tiada ternyata sangat baik, tidak sepertiyang diceritakan oleh teman – temannya. Keluarga Mila kembali utuh dan hidup bahagia.

CERITA NON FIKSI : SEMANGAT UMI


SEMANGAT UMI
Oleh : Umi Harida

                Umi adalah seorang guru yang mengajar di SDN Putat Gede I Surabaya. Perjalanan hidup yang dilaluinya sangat berlika – liku. Suka duka telah dia rasakan semenjak kecil. Mulai dari hidup susah bersama orang tua sampai menuai kesuksesan hingga saat ini. Untuk mencapai kesuksesan,ia membutuhkan waktu yang panjang.
                Sewaktu kecil, Umi tinggal bersama kedua orang tua dan seorang adik laki – lakinya di Dusun Durek, Pangkatrejo, Lamongan, tempat kelahiran ayahnya.  Kehidupan mereka hidup sederhana. Ayahnya adalah seorang guru di salah satu sekolah daerah Lamongan, Jawa Timur. Beliau adalah tulang punggng keluarga.
                Umi dan keluarganya pindah ke Dusun Gilig, Sugihrejo, Lamongan, tempat kelahiran ibunya ketika dia kelas tiga SD, namun sekolahnya tetap di sekolah lama. Jarak dari tempat tinggal yang baru ke sekolahnya tidaklah dekat. Dia harus menyusuri sawah dan beberapa desa untuk sampai ke sekolah, bersama adiknya berboncengan menggunakan sepeda kayuh. Musim kemarau dia merasakan teriknya matahari yang menyengat. Musim hujan dia kehujanan melewati jalanan desa yang becek berlumpur karena belum tersentuh pembangunan. Semua itu dilakukan dengan ikhlas.
                Orang tua Umi memindahkan Umi dan adiknya ke desa tempat tinggal barunya ketika Umi naik kelas lima. Di usianya yang ke sebelas tahun dia mulai berpikir untuk membantu ekonomi keluarga walaupun hanya untuk cari uang saku sendiri. Sepulang sekolah Umi ikut membantu tetangganya membuat es batu dan es lilin untuk dijual. Dia mendapatkan upah yang cukup untuk saku sekolah. Pekerjaan itu dilakukannya setiap hari hingga lulus SD.
                Umi tidak tinggal bersama orang tuanya ketika SMP. Orang tuanya menitipkannya dengan sebuah keluarga kenalan orang tuanya karena jarak rumah dengan sekolah jauh. Umi membantu pekerjaan rumah tangga keluarga tersebut setiap hari karena dia berpikir bahwa keluarga tersebut berjasa merawatnya sebagai pengganti orang tua kandungnya.
                Ibu Umi membuka usaha warung kecil – kecilan di rumah. Umi ingin kembali tinggal bersama orang tua kandungnya dengan tujuan agar bisa membantu pekerjaan mereka di rumah. Setiap hari dia membantu ibunya walaupun hanya sekedar membersihkan rumah dan membuat rempeyek untuk berjualan nasi pecel. Siang hari sepulang sekolah dia menggantikan ibunya menjaga warung, sedangkan ibunya istirahat siang karena capek seharian jaga warung. Umi mempunyai ide untuk membantu ibunya berjualan nasi bungkus dan rempeyek di sekolah, dan ibunya pun mengizinkan. Alhasil semua nasi bungkus dan rempeyek yang dibawa Umi ke sekolah habis, bahkan Umi terima pesanan dari teman – teman di sekolah untuk sarapan setelah olahraga karena tidak sempat membawa bekal di sekolah. Tidak hanya teman – teman sekolah, tapi guru – guru pun ikut memesan rempeyek. Hasilnya lumayan untuk membantu membayar biaya sekolah.
                Setelah lulus SMA, Umi melanjutkan kuliah di UNESA Surabaya dengan jurusan PGSD, karena keinginan orang tuanya agar dia bias menjadi guru seperti beliau. Ayahnya selalu berusaha mencarikan biaya kuliah. Setelah dua semester, Umi merasa kasihan melihat perjuangan orang tuanya dalam membiayai kuliah dan hidupnya di kos – kosan. Akhirnya dengan izin orang tuanya Umi mencari pekerjaan untuk membiayai kuliah dan hidup di Surabaya. Dia pergi ke rumah majikan salah satu tetangganya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Surabaya. Oleh tetangganya Umi dikenalkan dengan saudara majikannya, Ibu Megawati yang tinggal di Simpang Darmo Permai Selatan, Surabaya.
                Ibu Megawati sangat baik. Umi ditanya tentang kemampuan yang dimiliki dan pekerjaan yang diinginkan. Umi hanya menjawab bahwa dia tidak punya pengalaman apapun karena dia hanyalah lulusan SMA, dan menerima pekerjaan apapun yang akan diberikan kepadanya, bahkan sebagai asisten rumah tangga pun dia bersedia asalkan diberi waktu untuk kuliah. Umi juga mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan gaji besar, bagi dia yang penting bisa untuk membayar kuliah. Ibu Mega menyuruh Umi datang ke kantornya esok hari.
                Keesokan harinya Umi datang ke kantor Ibu Megawati, CV Kencana Abadi, sebuah kantor suplayer oli di daerah Kapasan, Surabaya. Di sana Umi disuruh membersihkan dan menata ruangan seorang menejer perusahaan. Umi tidak menolak karena seperti yang dia katakana sebelumnya bahwa dia menerima apa pun pekerjaan yang diberikan. Pekerjaan yang dikerjakan Umi juga tidak berlangsung lama. Setelah dua hari Umi diperkenalkan kepada seluruh karyawan kantor. Beliau meminta karyawan kantor untuk mengajari Umi tentang pekerjaan di kantor.
                Seperti kesepakatan sebelumnya, umi hanya bekerja separuh hari karena dia harus kuliah. Sampai akhirnya Umi lulus kuliah dari UNESA dan memperoleh pekerjaan sebagai guru honorer di SDN Tembok Dukuh III, Asem Jaya, Surabaya. Ibu Megawati menawarkan kepada Umi agar tetap bekerja di kantornya seperti biasa separuh hari. Penawaran tersebut diterima dengan senang hati. Ibu Megawati benar – benar orang yang baik.
                Umi berencana melanjutkan kuliah lagi di Universitas PGRI Adibuana Surabaya mengambil jurusan matematika sesuai keinginannya sebelum kuliah di UNESA atas permintaan orang tuanya. Karena kesibukannya kuliah, dia terpaksa mengundurkan diri dari perusahaan. Setelah lulus kuliah, Umi tetap bekerja di SDN Tembok Dukuh III. Hingga akhirnya ada tes CPNS dan dia pun lulus ujian CPNS. Setelah kelulusannya, Umi dimutasi oleh Pemerintah Kota Surabaya ke SDN Putat Gede I Surabaya karena sesuai wilayah alamat tempat tinggalnya hingga sekarang sebagai pegawai negeri sipil.
                Umi sangat bersyukur kepada Tuhan karena usaha dan kerja kerasnya diberkahi oleh-Nya sehingga dia dapat melalui masa – masa sulit kehidupannya yang dimulai dari kecil. Sesuai dengan janji Tuhan  di dalam kitab suci bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib suatu umat jika dia tidak mau berusaha merubahnya sendiri.

Jumat, 29 Maret 2019

PANTUN TEKA - TEKI TERKINI


PANTUN TEKA – TEKI TERKINI
Oleh : Umi Harida

Mobil putih berbentuk kotak
Sepanjang jalan nyaring bunyinya
Teman – teman cobalah tebak
Kendaraan itu apa namanya

Pergi ke hutan membawa kapak
Kapak dibungkus parasut
Ayo kawan cobalah tebak
Profesi apa yang dimaksud

Warnanya jernih bentuknya cair
Kena panas bisa menguap
Ayo kawan coba dipikir
Kalau tahu bendanya cepat dijawab

PANTUN JENAKA TERKINI


PANTUN JENAKA TERKINI
Oleh : Umi Harida

Pergi memancing dapat ikan badut
Pulangnya mampir makan bakwan
Si Panjul perutnya gendut
Walau begitu sangat rupawan

Beli jajan dapatnya keciput
Dimakan bersama jemblem
Si Meli memang berwajah imut
Rambutnya keriting pipinya tembem

Kenyal – kenyal ternyata jeli
Belinya di sebelah warung ketoprak
Sungguh hati menjadi geli
Melihat Si Paijo rambutnya jeprak


PANTUN REMAJA TERKINI
Oleh : Umi Harida

Di pantai banyak wisatawan
Mereka suka membeli barang antik
Hati siapa yang tak tertawan
Melihat adik berparas cantik

Kacang buncis dalam keranjang
Ditumbuk halus memakai palu
Gadis cantik berambut panjang
Jalan menunduk tersipu malu

Pergi ke ladang mencari jangkrik
Malam hari sangatlah rawan
Sungguh adik sangat tertawan
Kepada kanda yang rupawan

PANTUN ANAK - ANAK TERKINI


PANTUN ANAK – ANAK TERKINI
Oleh : Umi Harida


Pergi ke toko membeli roti
Sampai rumah segera dibuka
Betapa senang rasa hati
Ayah datang membawa boneka

Pergi jauh ke Negara Jerman
Banyak oleh – oleh yang dibeli
Ayo kawan pergi ke taman
Kita bermain lompat tali

Ada pagi ada siang
Enaknya makan gado – gado
Sungguh hatiku sangat riang
Di hari ulang tahun mendapat kado

PUISI TENTANG SOSIAL : DENGARLAH SUARA HATI MEREKA


DENGARLAH SUARA HATI MEREKA
Oleh : Umi Harida


Bumi pertiwi semakin panas
Perang perdebatan tlah berkobar di mana – mana
Saling memperebutkan tahta – tahta pemerintahan
Lalu, bagaimana dengan nasib mereka yang di sana

Lihatlah, di sana para kaum jelata tiada daya
Siang malam membanting tulang
Demi anak – anak mereka yang kelaparan

Dengarlah suara hati mereka
Bukan kemewahan, kemegahan, atau kekuasaan
Hanya sederhana yang mereka pinta
Tiada mengeluh karena piring – piring kosong di atas meja

Puisi : KALA FAJAR MENJELANG

                      KALA FAJAR MENJELANG                                 Oleh : Umi Harida Kala fajar menjelang Sang Bagaskara menampakkan...