Jumat, 28 Juni 2024

CERITA HOROR : RUMAH KOS YANG ANEH

                          RUMAH KOS YANG ANEH

                                  Oleh : Umi Harida

         Sebenarnya sudah lama Seva ingin pindah dari rumah kos yang sekarang. Secara kebetulan saja adiknya dipindahtugaskan oleh perusahaannya ke kantor cabang lain. Saat ini rumah kos Seva dan adiknya berbeda tempat. Mereka memilih kos karena tempat tinggal mereka bersama orang tua sangatlah jauh yaitu di luar kota. Setelah lulus kuliah mereka mencari pekerjaan di kota lain. Setelah menerima pekerjaan, mereka mencari tempat kos yang berbeda menyesuaikan kedekatan tempat kos dengan tempat kerja.

“Halo, Kak jadi nggak cari rumah kos?” tanya Tiara, nama adik Seva. 

“Oh, tentu jadi dong….” Jawab Seva

“Kalau begitu kapan kita berangkat. Aku jemput Kakak ke kos – kosan ya.”

"Baiklah."

Setelah mengakhiri telepon adiknya, Seva bersiap – siap mandi dan mengganti baju, lalu menunggu kedatangan adiknya. Sebenarnya dia sedikit capek karena baru pulang kerja. Tapi kenapa lagi dia sudah berjanji kepada Tiara untuk mencari rumah kos baru agar mereka segera pindah kos. Dia ingin satu kamar dengan adiknya dengan tujuan agar mereka bisa bercerita dan bercanda bersama. Itu pun atas usulan orang tua mereka karena tempat kerja mereka masih di kota yang sama. Mereka mencari tempat kos yang dapat dijangkau tidak jauh dari tempat kerja masing – masing. 

Seva duduk di kursi yang tersedia di teras rumah kos. Dia sedang menunggu adiknya. Tidak berapa lama kemudian Tiara pun datang. 

“Ayo Kak sudah siap. Langsung saja naik. Aku yang bonceng. Nanti pulangnya ganti Kakak yang bonceng.”

Seva menurut saya adalah apa yang dikatakan adiknya. Setelah berpamitan kepada ibu kos ia langsung menghampiri adiknya dan naik sepeda motor dibonceng adiknya. Mereka langsung menuju tempat yang dituju. Sebelumnya mereka sudah mencari informasi di internet, jadi mereka tinggal cek lokasi saja. 

Sampai di tujuan Seva dan Tiara menekan tombol pintu pagar. Salah satu penghuni rumah kos yang membuka pagar.

“Ada apa, Mbak?” tanya penghuni kos itu ramah. 

“Maaf Mbak, saya lihat info di internet. Siapa di sini yang menerima kos putri?” tanya Seva.

“Ya, benar. Mbak mau kos di sini?”

“Iya”.

“Tapi sayang sekali pemilik rumah kos ini tidak berada di rumah sekarang. Dia sedang mengunjungi putrinya.”Kata penghuni kos itu.

“Lalu, kapan datangnya, Mbak?” tanya Seva.

“Kata dia nanti malam sekitar jam tujuh sudah di rumah.”jawab penghuni kos.

Setelah mendengar penjelasan dari penghuni kos, Seva dan Tiara sepakat untuk kembali lagi nanti sesuai waktu yang telah diberitahukan penghuni kos tadi.

“Kak aku lapar. “Pulang kerja tadi aku belum makan.”

“Sama, Ra aku juga belum makan. Kebetulan perutku juga lapar. Ayo kita cari makan dulu sambil menunggu pemilik rumah kos datang. Apalagi ini sudah hampir jam enam sore. Selesai makan juga pas waktu orangnya datang.”

Seva dan adiknya mencari makan di sekitar tempat kos itu. Tidak jauh dari tempat itu mereka menemukan sebuah warung makan. Pada papan yang terdapat di warung itu tersedia banyak menu makanan. Seva memesan lele goreng beserta lalapan dengan minuman hangat. Sedangkan Tiara memesan ayam goreng beserta lalapan dengan minuman yang sama dengan kakaknya. 

“Kak, dilihat sekilas tadi rumah itu tenang ya. Apalagi ada pohon mangganya yang rindang. Pasti enak kalau musim buah mangga kita bisa buat rujak mangga. Terus di sana juga banyak tanamannya, pasti segar udaranya.”kata Tiara kepada kakaknya setelah mengamati sekeliling rumah kos tadi.

“Iya, iya. Sekarang kita makan dulu. Kita sudah makan di sana lagi.”

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang limabelas menit. Seva dan Tiara segera menghabiskan makanan dan minumannya. Kemudian mereka segera berlalu dari warung makan itu menuju rumah kos tadi. Tiara menekan bel di tembok pagar itu. Sudah tiga kali dia menekannya tapi tak seorang pun yang datang membuka pintu pagar. 

“Kak, kok nggak ada orang yang buka pagar.” kata Tiara. Kemudian dia mencoba mendorong pintu pagar.

“Kak, ternyata tidak dikunci. Kita masuk saja, yuk!” ajak Tiara. Seva dan adiknya memasuki rumah kos itu dengan mengucapkan permisi beberapa kali tetapi tidak ada yang menjawab. Suasana malam di tempat itu terlihat sepi. Ditambah lagi rumah kos itu kurang penerangan sehingga membuat suasana makin sunyi mencekam. Tak seorang pun penghuni rumah kos itu terlihat. Rumah kos sepertinya memiliki beberapa kamar. Hal itu tampak di depan setiap kamar sandal – sandal penghuni kamar yang tersusun di rak masing – masing kamar. Perasaan mereka mulai sedikit diliputi rasa takut. 

"Krek," terdengar seperti suara sesuatu yang terinjak oleh kaki. Seva dan Tiara berpawai.

“Suara apa itu, Kak?” tanya Tiara. Seva hanya menggeleng tanda tidak tahu, tanpa mengucapkan kata-kata. 

"Krek," suaranya terdengar lagi. Mereka semakin takut dan bergandengan tangan. Dia mencoba memberanikan diri dengan menoleh ke belakang. Ternyata tak seorang pun yang bergerak di belakang mereka.

“Meong.”

Ternyata hanya suara kucing. Perasaan Seva dan Tiara sedikit lega setelah mendengar suara kucing itu. Entah kenapa Tiara ingin menoleh ke belakang. Di lihatnya pohon mangga besar yang terlihat di halaman rumah itu. Angin yang bertiup lumayan kencang menggoyangkan daun –daun pohon itu. Tiara sedikit kaget dan tercengang. Hanya tangannya saja yang menggenggam lebih erat tangan Seva. 

“Ada apa, Ra?” tanya Seva.

Tiara hanya menjawab tak berkata. Pandangannya masih tertuju pada pohon mangga yang besar itu. Seva menggoyang- goyangkan bahu adiknya, dan bertanya sekali lagi ada apa. 

“Kak, kamu melihat ada orang yang tidak ada di pohon mangga itu?”

“Tidak, memangnya kenapa?”

“Sekarang aku melihat bayangan orang di situ, Kak.”

“Kamu ada – ada saja. Sudah, jangan ngacau, buat takut saja.”

Perkataan Tiara tadi ternyata masih diingat oleh Seva. Hal itu semakin membuat tubuh menjadi merinding. Sayup – sayup mendengar langkah kaki orang mendekat. Seva dan Tiara kembali berpandangan dengan raut wajah yang menunjukkan rasa takut masing-masing. Mereka menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya mereka bahwa orang itu berada tepat di belakang mereka. Seorang nenek tua berdiri di hadapan mereka sekarang.

“Ada perlu apa, Nak?”tanya nenek itu.

“Emmmmmmh, kita lagi cari tempat kos, Nek.” Jawab Seva.

“Oooooo, cari tempat kos. Kebetulan masih ada satu kamar yang kosong di ujungnya. Apakah kalian mau melihatnya sekarang?”

“Iya, boleh Nek.”jawab Seva.

Nenek itu menunjukkan sebuah kamar kosong yang berada di ujung rumah itu. Orang tua itu membuka kamar itu. Pintu kamar bersuara seperti kurang diberi pelumas. Mereka masuk ke dalam kamar. Ada tempat tidur yang masih rapi di situ. Sebuah lemari ada di sebelahnya. Sebuah jendela berwarna coklat tampak di dinding kamar. Seva dan Tiara merasakan lantai kamar itu berdebu seperti sudah lama tidak dihuni.

“Bagaimana, Nak? Apakah kalian merasa cocok?” tanya wanita tua itu. Seva dan Tiara saling berpandangan.

“Emmmmh, kami pikir – pikir dulu ya Nek. Kalau cocok kami akan datang lagi besok.

“Iya, tidak apa – apa, Nak.”

Nenek itu menutup pintu kamar itu, Seva dan Tiara pamit pulang kepada wanita tua itu. Setelah beberapa langkah kemudian mereka melihat ke belakang. Alangkah terkejutnya mereka. Wanita tua itu tidak terlihat lagi. Seva dan Tiara mempercepat langkah kakinya dengan rasa takut yang semakin menjadi-jadi. Mereka ingin segera pergi dari tempat itu. Segera mereka menaiki sepeda motor yang terletak di depan rumah kos. Perasaan mereka  menjadi lega saat sudah dalam perjalanan melihat banyak kendaraan, orang berlalu lalang, dan toko – toko yang masih buka dengan cukup penerangan yang membuat hati mereka merasa lebih tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI ALAM : SUASANA TEPI PANTAI

                         SUASANA TEPI PANTAI                              Oleh : Umi Harida Ku gelar tikar  Di antara lautan butiran pasir p...